Hubungan Luar Negeri Jepang dan Jerman pada Masa Restorasi Meiji

Restorasi Meiji bisa dikatakan sebagai jaman “pencerahan” Jepang setelah selama 200 tahun lebih menutup diri dari hubungan luar di bawah kepemimpinan rezim Tokugawa. Pengembalian kekuasaan dari penguasa militer kepada Tenno menjadi tombak sejarah baru Jepang. Dengan adanya Restorasi Meiji ini masa dimana Jepang akan menjelma menjadi negara yang maju pun dimulai. Sejalan dengan arti dari kata meiji sendiri, yaitu ”yang berpikiran cerah”, bangsa Jepang mulai berbenah diri dan berusaha mengejar ketertinggalannya. Jepang mulai merombak semua tatanan kehidupannya, mulai dari politik, ekonomi, sosial sampai dengan pendidikan. Perubahan ini menuntut Jepang untuk dapat memiliki tatanan kehidupan yang lebih maju karena seperti diketahui Jepang pada waktu itu bisa disebut sebagai negara ”kuno” dan miskin dengan sakoku-nya. Pada jaman itu negara-negara yang lebih maju dari Jepang adalah negara-negara barat. Mulailah Jepang mengadopsi tatanan kehidupan dari barat dalam segala bidang. Misi-misi perjalanan ke negara barat dimulai, pengiriman pelajar untuk menimba ilmu sesuai bidang masing-masing dilakukan dan membuka diri terhadap pengaruh yang datang dari negara barat. Tujuannya jelas yaitu mencari ilmu dan menanamkan keyakinan bahwa Jepang akan dapat “berdiri sama tinggi, duduk sama rendah” dengan kemajuan dunia Barat.

Salah satu negara yang menjadi rujukan Jepang untuk dicontoh adalah negara Jerman. Hubungan kedua negara tersebut bisa dibilang unik, pemerintahan kedua negara tersebut didirikan pada tahun yang sama yaitu tahun 1871, Jerman dengan Kekaisarannya di bawah kepemimpinan Prussia dan Jepang dengan peraturan ”penghapusan han dan pendirian prefektur”nya dan kedua negara juga menjalankan pemerintahan secara totaliter. Bila dilihat ke belakang, ternyata Jepang sudah mempunyai hubungan bilateral dengan Jerman. Menurut catatan, pada jaman Edo orang-orang Jerman datang ke Jepang untuk bekerja pada Dutch East India Company (VOC). Jerman juga menyuplai senjata api yang dipesan oleh shogun.

Memasuki jaman Meiji, banyak orang Jerman yang datang untuk bekerja sebagai penasehat pada pemerintahan yang baru (o-yatoi gaikokujin) dan berkontribusi dalam modernisasi Jepang, terutama dalam bidang obat-obatan (Leopold Mueller, 1824-1894; Julius Scriba, 1848-1905; Erwin Baelz, 1849-1913), hukum (K. F. Hermann Roesler, 1834-1894; Albert Mosse, 1846-1925), dan kemiliteran (K. W. Jacob Meckel, 1842-1906).

Pengaruh Jerman dalam bidang politik

Ito Hirobumi (yang kemudian menjadi perdana menteri Jepang) dikirim ke Amerika dan Eropa untuk mempelajari sistem pemerintahan negara-negara barat. Perhatian Ito tertuju pada sistem pemerintahan di Jerman di bawah kepemimpinan Bismarck. Hal yang pertama-tama dilakukannya adalah memperkuat kedudukan golongan bangsawan dengan membentuk semacam pendahuluan dari ”Majelis Tinggi”, yang akan dapat menyokong pemerintahan dengan pemikiran-pemikiran yang konservatif. Pada tahun 1889, ia selesai dengan rencana konstitusi. Susunan pemerintahan diperbaharui menurut contoh Jerman. Perdana menteri mempunyai kedudukan seperti kanselir di Jerman yang memikul tanggung jawab atas seluruh politik pemerintahan.

Kedudukan tenno diperkuat. Semua undang-undang harus mendapat persetujuan dan diumumkan oleh Tenno. Diluar parlemen, ia dapat mengeluarkan peraturan yang mempunyai kekuatan undang-undang, ia dapat memerintahkan parlemen untuk bersidang dan membubarkannya, ia adalah penglima tertinggi dari angkatan perang, ia juga yang menyatakan perang dan membuat perdamaian dan memberi gelar kebangsawanan, grasi, amnesti dsb.

Bangsawan terbagi menurut hierarki : (1) pangeran-pangeran keluarga tenno, (2) pangeran-pangeran yang diangkat, (3) marquies, (4) count, (5) viscount dan (6) baron. Sementara itu orang-orang yang dianggap berjasa besar kepada negara dapat diangkat ke dalam golongan bangsawan. Rakyat diberikan persamaan hukum, kebebasan mengeluarkan pendapat, berkumpul, berserikat dan memeluk agama.

Pengaruh Jerman dalam bidang militer

Di bawah kepemimpinan Yamagata, diadakan reorganisasi dalam angkatan darat. Dalam angkatan darat Jepang yang diperbaharui itu peranan penting dipegang oleh orang-orang dari Choshu. Dalam menyusun angkatan darat modern mula-mula meniru Prancis, tapi setelah perang Prancis-Jerman tahun 1870-1871, Jepang beralih dengan meniru gaya militer Jerman.

Pada tahun 1872 diadakan permulaan wajib militer umum sebagai langkah untuk menciptakan angkatan perang baru. Kemiliteran tidak lagi dimonopoli oleh golongan samurai.

Banyak pelajar dan tentara dikirim ke Jerman pada akhir abad 19 untuk mempelajari sistem militer Jerman dan mendapat pelatihan di badan pendidikan militer Jerman.

Pengaruh Jerman dalam bidang pendidikan

Menyadari bahwa pendidikan itu dapat menyokong keberadaan sebuah negara, Jepang mulai membenahi pula sitem pendidikannya. Negara Barat tetap menjadi acuan dalam merombak sistem ini. Jerman menjadi salah satu negara yang dicontoh. Banyak pelajar dikirim ke Jerman untuk belajar di bidangnya masing-masing. Jerman juga menjadi acuan literatur Jepang dalam mempelajari dunia barat (rangaku).

Bagaimanapun juga, hubungan Jepang-Jerman sempat meruncing pada akhir abad ke 19 dengan cita-cita imperialisme Jerman di Asia Timur. Perselisihan itu mencapai puncak pada tahun 1895 ketika kerajaan Wilhelminian bersama dengan Rusia dan Prancis menghalangi Jepang untuk memperoleh hak milik atas daratan Asia. Selanjutnya Wilhelm II juga membuat peraturan untuk membatasi jumlah tentara Jepang yang datang ke Jerman untuk belajar sistem militer. Setelah perang Russo-Jepang, Jerman menuntut adanya pertukaran tentara dan pelajar dan selanjutnya beberapa tentara Jerman dikirim ke Jepang untuk belajar kemilieran Jepang setelah kejayaannya dalam perang Russo-Jepang.

Mengapa Jepang banyak mengadopsi sistem dari Jerman? Bisa dikatakan pada waktu itu Jerman tumbuh menjadi negara yang sedang mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pemerintahan Jerman juga dirasakan cocok jika diterapkan pula di Jepang yang sedang “lapar” dengan perubahan dalam sistem pemerintahan. Bisa dilihat dari perjalanan Ito ke negara Amerika dan Eropa untuk mempelajari sistem pemerintahannya. Ito ternyata lebih tertarik dengan sistem pemerintahan ala Jerman. Dalam bidang militer pun Jepang tak segan-segan mencontoh model ala Jerman. Hal ini memungkinkan karena Jerman menjadi salah satu negara yang mempunyai armada militer yang kuat dan modern pada saat itu. Bidang pendidikan pun tak ketinggalan. Pada awal mula restorasi, Jepang juga mencontoh sistem pendidikan Jerman. Ditambah lagi Jerman sudah menjalin hubungan baik dengan Jepang sebelum Restorasi Meiji dengan adanya orang Jerman yang bekerja di Jepang dan pengiriman senjata api. Bisa dibilang hampir dalam semua bidang Jepang mengadopsi dari Jerman. Hal ini sangat menguntungkan Jepang karena sebagai negara “baru”, Jepang seharusnya memiliki hubungan luar negeri yang baik dengan negara lain terutama negara maju untuk dapat dicontoh sistem modernnya dan sebagai penguat posisi. Bagaimanapun juga Jepang saat itu masih “limbung” dalam hal pertahanan bila ada serangan dari luar. Jadi menjaga hubungan yang baik dengan negara luar wajib dilakukan untuk mendapat kepercayaan dari negara lain.

Jump to: navigation, search

About sejarawan

Sudah tidak kuliah lagi....sekarang dalam masa kebingungan yang sangat amat Twitter: @TanayaYP

5 responses to “Hubungan Luar Negeri Jepang dan Jerman pada Masa Restorasi Meiji”

  1. andres m ginting says :

    saya ingin tahu siapa anda sebenarnya?
    mohon balasanya ke email saya,

    salam hangat
    andres m ginting

  2. emy says :

    Bonsoir!!
    Je m’appelle Emy.
    Thanks for the info about Japan.

  3. Global Maya - Learning To Know says :

    sipp makasih info nya . . .
    salam hangat dari irvan dari tasikmalaya…
    jgn lupa mampir ke blog saya http://globalmaya.wordpress.com

  4. yus says :

    terima kasih dengan info… saya rakyat malaysia tetapi saya banyak juga baca blog rakyat indonesia yang menulis mengenai sejarah…

Tinggalkan komentar